Welcome

Welcome to my Blog :)

Monday, December 17, 2018

POLEMIK KOTAK SUARA KARTON

         


Pada prinsipnya KPU, Bawaslu dan DKPP adalah penyelenggara Pemilu, yang memainkan peran berdasarkan UU, dalam hal ini UU 7 th 2017, Peraturan KPU, peraturan Bawaslu adalah terjemahan dari UU tersebut. Dalam hal kasus yang lagi viral sekarang seakan-akan itu semua hanya "ulah" dr KPU, seperti yang telah dijlaskan oleh Komisioner KPU RI bapak Pramono Ubaid T  bahwa KPU berusaha menterjemahkan Penjelasan Pasal 341 ayat (1) huruf a UU 7/2017, yg mengamanatkan kotak suara harus transparan, sekali lagi UU ini bukan bikinan KPU, tapi produk Pemerintah dan DPR. Kemudian soal bentuk, ukuran, dan spesifikasi teknis kotak suara (dan logistik yg lain), UU 7/2017 Pasal 341 ayat (3) memberi mandat yg tegas kepada KPU utk mengatur dlm Peraturan KPU, Setelah mempertimbangkan berbagai alternatif bahan, KPU mengusulkan penggunaan bahan duplex, atau karton kedap air, serta transparan satu sisi. Bahan ini berbeda dg kardus mie instam atau air kemasan. Usulan KPU ini dituangkan dlm draft PKPU tentang logistik, dan dibawa ke dlm Rapat Dengar Pendapat dg Pemerintah (Kemendagri) dan DPR (Komisi 2), yg di dalamnya ada semua wakil parpol. Memang dlm menyusun PKPU, KPU wajib konsultasi (meskipun hasilnya tdk mengikat). RDP dilaksanakan bulan Maret 2018. Jauh sebelum koalisi capres-cawapres. Dlm RDP, draft PKPU ini dibahas dg kepala dingin, tdk ada yg menolak, apalagi walk out. Setelah RDP itu, draft PKPU diajukan ke Kemenkumham utk diundangkan. Dan di Kemenkumham tdk ada koreksi sama sekali (misal: karena bertentangan dg UU lain atau yg lbh tinggi, seperti pada saat PKPU Pencalonan yg melarang caleg eks koruptor dan kejahatan seksual terhadap anak untuk menjadi caleg). Dan akhirnya Kemenkumham mengesahkan PKPU No. 15/2018 pada 24/4/2018 yg pada Pasal 7 ayat (1) mengatur bahwa kotak suara menggunakan bahan karton kedap air yg transparan satu sisi. Jadi, dlm menentukan bahan karton kedap air serta transparan satu sisi itu, KPU tdk bisa menetapkan sepihak. Namun melalui persetujuan pemerintah dan DPR, lewat forum RDP. Nah, di DPR kan ada wakil2 semua parpol. Termasuk parpol-parpol pendukung Pasangan Capres-Cawapres. Dan itu para wakil rakyat adalah pilihan dari rakyat. Kemudian ada yang memberitanggapan "kok Usulan konyol (kotak suara dari karton) demikian mengapa bisa muncul dari KPU yang notabanenya adalah orang-orang terpilih dan terjaring intelektualitas dan integritasnya?, andaikan ide tersebut tidak muncul dari awal tentu saja tidak akan terealisasi dan disahkan, terlepas dari faktor penghematan anggaran pelaksanaan pemilu yang disampaikan ke pemerintah dan DPR pada saat dengar pendapat. Nah menanggapi pernyataan tersebut maka saya berpendapat bahwa ya benar usul dr KPU dengan beberapa usulan yg lainnya setelah melalui beberapa kajian-kajian, jika dikatakan ide konyol, maka pendapat saya lebih konyol lagi yang meminta yudicial review sehingga di terima oleh MK untuk Pemilu serentak antara pileg dan pilpres, karena dari segi teknis akan sangat susah sekali, terutama dari segi ketersediaan logistik surat suara dan daftar pemilih, jadi diawal saja yg meminta Pemilu serentak (efendi ghazali dkk) ini saja semangatnya adalah penghematan anggaran Negara, namun jika memang urgensinya kotak suara itu dirasa begitu penting bagi rakyat semoga saja ada wakil rakyat yang kemudian meminta yudicial review kembali tentang hal ini, karena ini bukan hal yg baru, ini sudah lama disahkannya, mereka di DPR dan pemerintah sudah tau itu kok. Tapi perlu diingat jika itu terjadi maka itu memerlukan “anggaran” yang tidak sedikit tidak seperti semangat penghematan anggaran yang diinginkan diawal.
oleh : Indra Bayu Pratama, S.Pi
#Yuuuk diskusi sehat 👍, kita kawal bersama, sukseskan pemilu 👍

Thursday, May 3, 2012

Pemetaan Sumberdaya Kelautan

Survei Kelautan

Potensi Kelautan di republik ini sungguh sangat berlimpah baik di nearshore maupun di offshore, di mana industri maritim merupakan industri yang sangat menantang (world wide business). Kawasan laut memiliki dimensi pengembangan yang lebih luas dari daratan karena mempunyai keragaman potensi alam yang dapat dikelola. Beberapa sektor kelautan seperti perikanan, perhubungan laut, pertambangan sudah mulai dikembangkan walaupun masih jauh dari potensi yang ada.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan industri yang marine-oriented, survei hidrografi mutlak dilakukan dalam tahapan explorasi maupun feasibility study. Survei hidrografi adalah cabang ilmu yang berkepentingan dengan pengukuran dan deskripsi sifat serta bentuk dasar perairan dan dinamika badan air atau dengan kata lain Hidrografi adalah ilmu terapan di dalam melakukan pengukuran dan pendeskripsian objek-objek fisik di bawah laut untuk digunakan dalam navigasi. Informasi yang diperoleh dari kegiatan ini untuk pengelolaan sumberdaya laut dan pembangunan industri kelautan (KK Hidrografi, 2004 ).
Kebutuhan teknologi survei dan pemetaan laut yang modern ini merupakan suatu kebutuhan, apalagi dengan berlakunya UNCLOS 1982 (United Nations Convention on Law of The Sea), Indonesia diakui sebagai negara kepulauan dan perairan yuridiksi Indonesia bertambah luas serta perlu segera dipetakan.
Kompetensi profesi dan Akademisi Hidrografi dikelompokkan menjadi beberapa aplikasi yaitu (IHB, 2001)
1. Nautical Charting ( pemetaan laut )
2. Military
3. Inland Water
4. Coastal Zone management
5. Offshore Seismic
6. Offshore Construction
7. Remote sensing
Tujuan survey hidro-oseanografi diantaranya untuk mendukung pekerjaan :
- Rencana penentuan dan pemasangan jalur kabel dan pipa bawah laut
- Pencarian pesawat dan kapal-kapal yang tenggelam.
-  Penentuan algoritma parameter kelautan (TSS, SST, koreksi kolom perairan untuk aplikasi penginderaan jauh, dll)
- Penentuan pengeboran sumur minyak (well rig)
- Operasi pencarian ranjau dan bahan peledak di bawah laut
- Investigasi pipa dan kabel bawah laut, dll.
Adapun kegiatan survey hidro-oseanografi meliputi :

1. Survey Titik Kontrol Geodetik
Referensi titik kontrol geodesi yang merupakan bagian dari Jaringan Kerangka Kontrol Horizontal Nasional yang terletak di dekat atau di lokasi survei diperlukan untuk penentuan posisi DGPS menggunakan Shorebase Station (Reference Point) dan untuk verifikasi alat DGPS yang akan digunakan untuk survey. Point of Origin untuk kerangka kontrol horizontal tersebut diperoleh dari instansi resmi, seperti Bakosurtanal. Jika diperlukan, penentuan point of origin dapat dilaksanakan sendiri, dengan referensi salah satu titik yang sudah ada, baik dengan mengadakan pengamatan GPS secara relatif maupun secara konvensional dengan melakukan pengukuran traverse. Jika titik referensi tambahan dibutuhkan, maka titik tersebut harus dibangun semi-permanen yang dapat mewakili daerah survei yang telah ditentukan.
Semua ketinggian (elevasi) dan kedalaman air, akan dihubungkan dengan suatu datum yang direferensikan ke Mean Sea Level (MSL) atau Chart Datum(Low Water Spring: LWS), atau datum tertentu yang sudah mendapatkan persetujuan. Semua elevasi dan kedalaman harus dihubungkan dengan benchmark tertentu yang terletak di darat, atau direferensikan kepada elipsoid tertentu yang ditentukan dengan GPS.
2. Sistem Navigasi Survey
Penentuan posisi kapal survei dilaksanakan menggunakan GPS receiver dengan metode Real Time Differential (DGPS) dengan mengikuti prinsip survei yang baik dan menjamin tidak adanya keraguan atas posisi yang dihasilkan. Lintasan kapal survei dipantau setiap saat melalui layar monitor atau diplot pada kertas dari atas anjungan. Sistim komputer navigasi memberikan informasi satelit GPS seperti: nomer satelit yang digunakan, PDOP dan HDOP. Elevation mask setiap satelit diset pada ketinggian minimum 10 derajat. Bila DGPS yang digunakan menggunakan shore base station, satu GPS receiver dipasang di atas kapal survei dan satu lagi di atas titik berkoordinat di darat (shore base station). Selama akuisisi data, koreksi differential dimonitor dari atas kapal pada sistim navigasi.
Sistim komputer navigasi menentukan posisi setiap detik, dan jika perlu, logging data ke hardisk komputer dapat ditentukan setiap 1, 5 atau 10 detik sebagai pilihan.
3. Pengamatan Pasang Surut Laut
Pasang surut muka air laut dipengaruhi gravitasi bulan dan matahari, tetapi lebih dominan grafitasi bulan, massa matahari jauh lebih besar dibandingkan massa bulan, namun karena jarak bulan yang jauh lebih dekat ke bumi di banding matahari, matahari hanya memberikan pengaruh yang lebih kecil, perbandingan grafitasi bulan dan matahari (masing-masing terhadap bumi) adalah sekitar 1 : 0,46.
Untuk keperluan pemetaan darat diperlukan data mean sea level ( msl ) yang merupakan rata – rata pasang surut selama kurun waktu tertentu (18,6 tahun). Untuk keperluan pemetaan laut diperlukan data surut terendah ( untuk keperluan praktis minimal pengamatan selama 1 bulan , untuk keperluan ilmiah bervariasi 1 tahun dan 18,6 tahun)
Pengamatan pasang surut dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan Muka Surutan Peta (Chart Datum), memberikan koreksi untuk reduksi hasil survei Batimetri, juga untuk mendapatkan korelasi data dengan hasil pengamatan arus.
Stasiun pasang surut dipasang di dekat/dalam kedua ujung koridor rencana jalur survey dan masing-masing diamati selama minimal 15 hari terus-menerus dan pengamatan pasang surut dilaksanakan selama pekerjaan survei berlangsung. Secepatnya setelah pemasangan, tide gauge/staff dilakukan pengikatan secara vertikal dengan metode levelling (sipat datar) ke titik kontrol di darat yang terdekat, sebelum pekerjaan survei dilaksanakan dan pada akhir pekerjaan survey dilakukan.
4. Survey Batimetri
Survei batimetrik dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan konfigurasi/ topografi dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang mungkin membahayakan.
Survei Batimetri dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar bervariasi. Lajur utama harus dijalankan dengan interval 100 meter dan lajur silang (cross line) dengan interval 1.000 meter. Kemudian setelah rencana jalur kabel ditetapkan, koridor baru akan ditetapkan selebar 1.000 meter. Lajur utama dijalankan dengan interval 50 meter dan lajur silang (cross line) dengan interval 500 meter. Peralatan echosounder digunakan untuk mendapatkan data kedalaman optimum mencakup seluruh kedalaman dalam area survei. Agar tujuan ini tercapai, alat echosounder dioperasikan sesuai dengan spesifikasi pabrik. Prosedur standar kalibrasi dilaksanakan dengan melakukan barcheck atau koreksi Sound Velocity Profile (SVP) untuk menentukan transmisi dan kecepatan rambat gelombang suara dalam air laut, dan juga untuk menentukan index error correction. Kalibrasi dilaksanakan minimal sebelum dan setelah dilaksanakan survei pada hari yang sama. Kalibrasi juga selalu dilaksanakan setelah adanya perbaikan apabila terjadi kerusakan alat selama periode survei. Pekerjaan survei Batimetri tidak boleh dilaksanakan pada keadaan ombak dengan ketinggian lebih dari 1,5m bila tanpa heave compensator, atau hingga 2,5m bila menggunakan heave compensator.

5. Survey Side Scan Sonar

Survei investigasi bawah air (side scan sonar) dimaksudkan untuk mendapatkan kenampakan dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang mungkin membahayakan. Dual-channel Side Scan Sonar System dengan kemampuan cakupan jarak minimal hingga 75m digunakan untuk mendapatkan data kenampakan dasar-laut (seabed features) di sepanjang koridor yang sama dengan survei Batimetri. Skala penyapuan yang digunakan diatur sedemikian rupa sehingga terjadi overlap minimal 50% untuk area survei yang direncanakan. Lajur-lajur survei side scan sonar dapat dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan survei Batimetri dan/atau disesuaikan dengan kedalaman laut sehingga cakupan minimal tersebut dapat terpenuhi.
Apabila menggunakan towfish yang ditarik, panjang kabel towfish tersedia cukup agar tinggi towfish di atas dasar laut dapat dijaga kira-kira 10% dari lebar cakupan/ penyapuan yang dipilih. Towfish sebaiknya dioperasikan dari winch bermotor lengkap dengan electrical slip rings. Rekaman data sonar dikoreksi untuk tow fish lay back dan slant range. Apabila menggunakan towfish yang dipasang pada lambung kapal (vessel-mounted), sistim dilengkapi dengan heave compensator untuk mereduksi pengaruh gelombang. Sistem yang digunakan mampu menghasilkan clear record dari keadaan dasar laut, identifikasi adanya wrecks, obstacles, debris, sand waves, rock outcrops, mud flows atau slides dan sedimen.
Kemungkinan adanya bahaya atau keadaan dasar laut yang perlu mendapatkan perhatian khusus dilakukan investigasi untuk memperjelas jenis dan ukuran bahaya tersebut. Investigasi tersebut dapat dilaksanakan dengan menjalankan lajur yang lebih rapat pada arah yang berbeda dengan lajur umum yang telah dijalankan sebelumnya. Penentuan posisi menggunakan jarak atau waktu tertentu ditandai pada rekaman sonar. Data jarak antara towfish dan antena GPS, termasuk setiap perubahan jarak ini, harus dicatat secara tertib pada Operator’s Log selama survei berlangsung untuk keperluan pengolahan data lebih lanjut.

7. Survey Sub Bottom Profiler

Tujuan dari Survei Sub-bottom Profiling (SBP) adalah untuk investigasi dan identifikasi lapisan sedimen dekat dengan permukaan dasar-laut (biasanya hingga 10m) dan untuk menentukan informasi penting yang berhubungan dengan stratifikasi dasar laut. Survei SBP dapat dilaksanakan bersamaan dengan survei Batimetri dan Side Scan Sonar.
Survei SBP dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar bervariasi. Lajur utama dijalankan dengan interval 100 meter dan lajur silang (cross line) dengan interval 1.000 meter. Kemudian setelah rencana jalur ditetapkan, lajur utama kembali dijalankan sebanyak 3 lajur dengan interval 50 meter, dimana satu lajur dijalankan tepat di tengah-tengah rencana jalur kabel.
System Parametric Subbottom Profiling (atau system lain yang dapat memberikan data sepadan) digunakan untuk mendapatkan rekaman data permanent secara grafis atas profil dasar laut dan perlapisan di bawahnya dengan penetrasi dan resolusi optimum di seluruh kedalaman sepanjang koridor rencana jalur kabel. Untuk mencapai maksud ini, peralatan dioperasikan sesuai dengan petunjuk pabrik dan diset untuk mendapatkan rekaman data optimum. Sub-bottom profiler memberikan rekaman data secara grafis dengan jelas pada skala dan resolusi yang jelas.
Jarak antara transducer/hydrophone dan antena GPS dicatat secara tertib pada Operator’s Log dan kemudian diperhitungkan pada saat pekerjaan interpretasi.
Survei Sub-bottom Profiling tidak boleh dilaksanakan pada cuaca berombak karena sangat mempengaruhi kualitas data, kecuali apabila menggunakan heave compensator. Kemungkinan terjadinya noise yang bersumber dari mesin atau kapal survei harus diupayakan seminimal mungkin dengan berbagai cara. Panjang kabel seismic source dan hydrophone (bila menggunakan sistem demikian) disediakan cukup sehingga memungkinkan diulur pada jarak yang dapat memberikan rekaman data optimum.

8. Survey Magnetik
Survei magnetik dilaksanakan untuk mendeteksi adanya obyek-obyek metal pada atau dekat permukaan dasar laut yang mungkin akan membahayakan. Bahaya yang dimaksud antara lain berupa : wrecks, sunken buoys, steel cables maupun bahaya lain yang terdapat di area survei yang telah ditentukan.
Survei magnetik disarankan dilaksanakan bersamaan dengan survei Batimetri, dengan interval lajur survei sebagaimana menjalankan lajur-lajur batimetrik. Survei magnetometer tidak disarankan untuk dilaksanakan bersamaan dengan survei Side Scan Sonar karena dikawatirkan terjadi gangguan yang bersumber dari towfish Side Scan Sonar kecuali dapat dibuktikan memang tidak terjadi gangguan. Panjang kabel disediakan cukup agar dapat dioperasikan secara optimum sesuai dengan kedalaman air laut selama pelaksanaan survei. Untuk mendapatkan rekaman (secara grafis atau digital) yang memberikan anomali jelas dan pada skala optimum, sensor unit dipasang sedemikian rupa sehingga berada dalam jangkauan deteksi optimum.
Jika terdapat indikasi adanya obyek metal yang cukup signifikan di suatu area tertentu, maka dilakukan survei investigasi lebih lanjut dengan cara menjalankan lajur survei dengan interval lebih rapat.
9. Pengukuran Arus
Pengamatan arus diperlukan dengan tujuan untuk mendapatkan data arah dan kecepatan arus. Data tersebut akan dikorelasikan dengan data pengamatan pasang surut.
Pengamatan arus dilaksanakan dengan 2 metode yaitu;
2 stasiun tetap yaitu pada perairan dekat kedua pantai di mana landing point akan ditempatkan selama sekurang-kurangnya 30 hari pengukuran pada 3 lapisan kedalaman sebesar 0.2, 0.6 dan 0.8m di bawah permukaan air.
Pengukuran dengan metode transek sepanjang jalur poros rencana survei selama sekurang-kurangnya 25 jam saat periode Spring Tide dengan menggunakan peralatan pengukur arus hidro-akustik.
Pembacaan atau pengumpulan data harus dilaksanakan dengan interval tidak lebih dari 60 menit.

10. Survey Transpor Sedimen
Dinamika badan air dan dasar perairan di wilayah survei dikenal sebagai daerah dengan tingkat dinamisasi dasar perairan yang tinggi. Hal tersebut diperkirakan akibat aktifitas eksploitasi pasir di sekitar area survei. Perubahan kedudukan dasar laut akan berakibat pada perubahan kedudukan kabel yang telah digelar.
Survei distribusi sedimen di sepanjang jalur survey minimum dilakukan di tiga tempat mewakili pantai dan tengah-tengah antara keduanya. Pengukuran dilakukan dalam rentang waktu 30 hari. Peralatan utama berupa sediment trap (jebakan sedimen). Sedimen yang terjebak selanjutnya diukur dan diteliti di laboratorium mengenai total berat, ukuran sedimen (grain size) dan dominasi komposisi sedimen dalam arah dan volume sedimen per satuan waktu. Hasil ini nantinya akan digunakan dalam menentukan model arus untuk membentuk model traspor sedimen yang tepat. 
11. Pengadaan Data Gelombang
Pengadaan data gelombang laut dilakukan dengan 2 metode yaitu metode pengukuran langsung dan metode pengadaan data tidak langsung atau data sekunder. Pada metode pengukuran langsung, pengamatan gelombang dilakukan dengan mengamati karakter gelombang pada kedua perairan dekat pantai. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan wave-staff atau peralatan perekam gelombang automatis (self recording).
Metode pengukuran tidak langsung dilakukan dengan pengumpulan data sekunder yang berasal dari dinas meteorologi setempat. Data tersebut dapat digunakan dalam pembangunan model gelombang.
12. Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh dasar laut (seabed sampling) dilaksanakan dengan menggunakan salah satu dari alat berikut: Grab Sampler atau Gravity Corer. Grab/ gravity coring dilaksanakan sepanjang rencana jalur survey hingga kedalaman maksimum 10m dari permukaan dasar laut, dan dengan interval jarak 2,0km atau di lokasi di mana terdapat perubahan litology yang signifikan yang diindikasikan dari hasil survei SSS ataupun survei SBP.
Pengambilan contoh tanah dilakukan dari atas kapal survei dan dilaksanakan setelah adanya hasil interpretasi sementara di atas kapal survei atas hasil survei Side Scan Sonar dan Sub-bottom Profiling.
Setiap pengambilan contoh tanah harus diusahakan agar memperoleh penetrasi optimum. Setiap kali contoh tanah telah diambil harus dicatat dan dideskripsikan secara visual di lapangan tentang: posisi, jenis, ukuran butir, warna, dan lain-lain yang berhubungan.
Pustaka:

Poerbandono & Eka Djunarsjah (2005). Survei Hidrografi. Refika Aditama. Bandung, Indonesia. 166pp.

Djunarsjah, E. (2004), Penggunaan Standar Ketelitian IHO (SP-44) dalam Penetapan Batas Landas Kontinen, Makalah, Lokakarya Sewindu Konvensi Hukum Laut PBB, Yogyakarta.
http://www.indocrews.com
Oleh : I Made Royn Pasek
Penulis merupakan alumnus ITK IPB angkatan 2003, saat ini tengah bekerja di bagian underground mine engineering di sebuah perusahaan pertambangan di Papua.

Akurasi Data Citra Satelit

      Dalam pengolahan data citra satelit sangat pelu dilakukannya uji akurasi data. Akurasi yang dimaksud disini adalah kecocokan antara suatu informasi standar yang dianggap benar, dengan citra terklasifikasi yang belum diketahui kualitas informasinya (Campbell, 1987).

Kesalahan dalam klasifikasi dapat disebabkan oleh kompleksnya interaksi yang terjadi antar struktur spasial suatu bentang alam, resolusi sensor, algoritma pengolahan, dan prosedur klasifikasi yang digunakan.  Sumber kesalahan yang paling sederhana terjadi oleh karena kekeliruan penetapan informasi dari kelas spektral yang diada.
Uji akurasi dilakukan dengan membandingkan dua peta, satu peta bersumber dari hasil analisis penginderaan jauh (peta yang akan diuji) dan satunya adalah peta yang berasal dari sumber lainnya, (Campbell 1987).  Peta kedua dijadikan sebagai peta acuan, dan diasumsikan memiliki informasi yang benar.   Seringkali data acuan ini dikompilasi dari informasi yang lebih detail dan akurat dari data yang akan diuji.
Format baku untuk melaporkan hasil uji akurasi adalah dalam bentuk matriks kesalahan, atau dinamakan juga “matriks konfusi” karena ia mengindentifikasi tidak saja kesalahan untuk suatu kategori tetapi juga kesalahan klasifikasi antar kategori.  Matriks kesalahan tersusun dari senarai berukuran n kali n, dimana n adalah banyaknya kelas objek yang ada di peta.

Akurasi Data Citra Satelit, Anggi Afif Muzaki
Gambar 1.       Contoh Matriks Kesalahan (Congalton dan Green, 1999)
Untuk menyusun matriks kesalahan tersebut, kedua peta harus dapat dibandingkan.  Karena itu, keduanya haruslah memiliki sistem koordinat yang sama. Ketidaksamaan posisi titik pada peta yang akan dibandingkan dapat menjadi penyebab terjadinya kesalahan klasifikasi yang pada akhirnya menghasilkan kesalahan pada uji akurasi.  Menurut Townshed et.al (1992), akurasi dari penyatuan sistem koordinat biasa dinyatakan dengan root mean square (rms) error dari sejumlah titik kontrol.  Nilai 0.5 hingga 1.0 piksel biasanya dianggap cukup memuaskan dan secara visual kesalahan posisi manakala kedua citra (peta) di tumpangsusunkan  masih berada dalam batas-batas toleransi.
Akurasi data pengolahan data terumbu karang
Pengukuran dengan akurasi tinggi dari wilayah terumbu karang memerlukan metode atau teknik yang terus dikaji, karena semakin terdesak kebutuhan pendataan yang tepat dalam berbagai skala spasial dan yang bersifat simultan. Pemanfaatan data citra satelit penginderaan jauh (inderaja) merupakan metode yang paling ideal untuk menjawab kebutuhan tersebut (Green et al. 2000). Saat ini citra satelit inderaja telah memiliki kemampuan untuk mendeteksi fitur-fitur di terumbu karang seperti komunitas bentik karang (Hochberg and Atkinson 2000), penutupan karang hidup (Isoun et al. 2003), bahkan spesies hewan bentik dan kesehatan karang (Evanthia et al. 1999). Terlepas dari capaian-capaian tersebut, kajian habitat di pesisir, terutama terumbu karang merupakan tantangan berat terkait implementasi data satelit inderaja karena faktor heterogenitas tersebut, bahkan tak jarang pada faktor skala yang lebih kecil daripada resolusi sensor satelit.
Dalam kasus ini penyusunan matrik kesalahan dengan membandingkan data hasil pengolahan citra dengan kondisi sebenarnya dilapangan.  Nilai ketelitian yang diharapkan nantinya harus memenuhi syarat lebih besar dari 70 % (Purwadhi 2001), sehingga dari nilai yang didapatkan tersebut merupakan pembuktian terhadap nilai kevalidan data citra.
Referensi :
Campbell, J.B. 1987.  Introduction to Remote Sensing. The Guilford Press, New York.
Congalton, R. G., and K. Green. 1999. Assessing the Accuracy of Remotely Sensed Data. CRC Press, Boca Raton.
Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. PT Grasindo, Jakarta.
Penulis Anggi Afif Muzaki, S. Pi

Thursday, February 2, 2012

HMI di mata kader (indra bayu pratama)

 Indra bayu pratama (ilmu kelautan UNRI)
Bismillahirrahmanirrahim…
                                Pada awal menduduki bangku perkuliahan    kahidupan saya bagaikan “Plankton” ( jasad renik yang hidupnya melayang-layang dipermukaan perairan , yang pergerakannya tergantung pada arus).Saat itu saya terus mencari jati diri,tak ada idealism,bahkan cendrung kedalam golongan mahasiswa yang apatis.hingga akhirnya saya terfikir apabila terus seperti ini, apa yang akan saya dapatkan ?, kedewasaankah ?, atau hanya kelelahan yang tiada artinya ?.
Yakin Usaha Sampai, adalah kata-kata penuh motivasi yang luar biasa dan memiliki makna yang begitu dalam apabila kita benar-benar melakukan sesuatu dengan penuh keikhlasan dan kita yakini itu adalah untuk kebaikan diri sendiri maupun umat.
Dikampus terdapat banyak organisasi kemahasiswaan,namun lagi-lagi kita dituntut cermat dalam menentukan pilihan, Baik atau tidaknya suatu organisasi bisa dilihat dari tujuan organisasi tersebut dan pilihan saya pun jatuh pada HmI yang memiliki tujuan Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terbentuknya masyarakat adil makmur yang diridloi Allah SWT.
 Singkat nya saia bergabung di HmI dengan harapan akan menjadi pribadi dan mahasiswa yang lebih baik lagi dari pada sebelumnya.
HMI adalah organisasi kader (sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan perubahan secara terus-menerus),. Hal ini membawa konsekuensi logis pada setiap gerak organisasi yang senantiasa harus diarahkan pada perbaikan kehidupan manusia. Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan, demi terwujudnya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.
Dalam melakukan perjuangan, HMI meyakini bahwa Islam sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, transenden, humanis, dan inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan menyerahkan semua demi ridha-Nya.
Untuk menjaga konsistensi dan kontinuitas gerakan, maka perjuangan yang dilakukan setiap kader HMI secara individu maupun secara institusi harus senantiasa berpegang pada independensi organisasi (independensi etis dan independensi organisatoris). Independensi bagi HMI merupakan karakter kepribadian yang implementasinya terwujud didalam bentuk pola pikir, pola sikap dan pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sebagai kader HMI maupun dalam melaksanakan "Mission" HMI dalam kiprah hidup berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Setiap perjuangan HMI harus selalu disesuaikan dengan konteks dan realitas sosial kekinian. Kini masyarakat sedang mengalami situasi transisi demokrasi (budaya, politik, tata pemerintahan). Salah satu ciri masyarakat transisi adalah munculnya banyak aspirasi masyarakat yang menuntut adanya perubahan dan pembaruan sebagai cerminan respons masyarakat terhadap perkembangan dan kemajuan zaman. Aspirasi nasyarakat tersebut merupakan hasil proses sosiologis yang panjang yang melibatkan aktor-aktor perubahan sosial, meminjam istilahnya Daniel Bell dan John Keane aktor-aktor perubahan sosial disebut civil society.
Civil society sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri pokok, yaitu; Pertama, adanya kemandirian yang relatif tinggi dari individu-individu, kelompok-kelompok dalam masyarakat, dalam rangka tawar menawar terhadap negara. Kedua, adanya ruang publik yang tersedia sebagai wahana partisipasi politik masyarakat. Ketiga, adanya kemampuan membatasi kekuasaan negara agar tidak menjadi kekuatan yang intervensionis. Dalam perspektif inilah, maka kebangkitan partisipasi masyarakat merupakan indikasi adanya semangat proses demokratisasi di Indonesia.
Dalam merespon kondisi transisi demokrasi, pemerintah melakukan perubahan orientasi dalam menata menejemen pemerintahan. Beberapa perubahan tersebut antara lain, pertama, perubahan orientasi menejemen pemerintahan dari orientasi state driven menjadi menejemen yang berorientasi ke pasar. Selama ini manajemen pemerintahan tidak lebih hanya menuruti kepentingan elit penguasa sedangkan kepentingan masyarakat diabaikan. Kedua, perubahan dari orientasi otoritarian menjadi orientasi demokrasi. Ketiga, perubahan dari orientasi sentralisme menjadi orientasi desentralisasi. Dari ketiga perubahan orientasi tersebut pada dasarnya ada kecenderungan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Pemerintah hanya berfungsi sebagai fasilitator masyarakat. Sehingga ada tiga komponen pokok dalam pelaksanaan pembangunan yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat yang diantara ketiganya harus berjalan secara sinergis.
Perubahan diatas, baru sebatas dalam peraturan perundangan itupun masih banyak kekuarangan, belum menyentuh pada budaya masyarakat. Realitas sosial yang terjadi pada era pemerintahan saat ini menunjukan terjadinya krisis ekonomi yang belum teratasi, meningkatnya kekerasan, simpang-siurnya penegakkan hukum, konflik elit politik yang semakin tak terkendali, dll. Dalam situasi demikian HMI beserta kekuatan kemahasiswaan dan kepemudaan mempunyai tanggungjawab besar untuk mengawal dan mewujudkan agenda reformasi yang sampai hari ini belum terwujud
Sebagai kader HmI ada beberapa landasan yang menjadi pedoman perkaderan yaitu :
A.    Landasan teologis
Dalam menjalankan fungsi kekhalifahan, maka internalisasi sifat Tuhan dalam diri manusia harus menjadi sumber inspirasi. Dalam konteks ini Tauhid menjadi aspek progresif dalam mensikapi persoalan-persoalan mendasar manusia. Karena Tuhan adalah pemelihara kaum yang lemah (Rabbul mustadh'afin); maka meneladani Tuhan juga berarti berpihak pada kaum mustadh'afin. Ini akan mengarahkan pada pemahaman bahwa ketauhidan adalah nilai-nilai yang bersifat transformatif, nilai-nilai yang membebaskan, nilai-nilai yang bersifat revolusioner. Spirit inilah yang harus menjadi paradigma dalam sistem perkaderan HMI.


B.      Landasan Ideologis.
Islam sebagai landasan ideologis adalah sistem nilai yang secara sadar dipilih untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan serta masalah-masalah yang terjadi dalam suatu komunitas masyarakat. Islam mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan dan idealisme yang dicita-citakan, di mana demi tujuan dan idealisme tersebut mereka rela berjuang dan berkorban bagi keyakinannya.
C.     Landasan Konstitusi
Dalam rangka mewujudkan cita-cita historis perjuangan HMI kemasa depan, HMI kemudian memepertegas posisinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi melaksanakan tanggung jawab bersama seluruh rakyat Indonesia mewujudkan cita-cita nasional. Ini dituangkan ke dalam AD/ART HMI.
D.    Landasan Historis.
Secara sosiologis dan historis, kelahiran HMI pada 5 Pebruari 1947 tidak terlepas dari permasalahan bangsa yang di dalamnya tercakup ummat Islam sebagai satu kesatuan dinamis dari bagsa Indonesia yang sedang mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkannya. Kenyataan ini merupakan motivasi kelahiran HMI yang sekaligus dituangkan dalam rumusan tujuan berdirinya, yaitu: Pertama, mempertahankan Negara RI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, menegakkan dan mengembangkan syiar agama Islam.
E.     Landasan Sosio-Kultural.
Kultur bangsa Indonesia setelah Agama Islam masuk menjadikan bangsa ini menjadi bercorak Islam. Masuknya Islam berhasil menyatukan kultur Islam dengan kultur Nusantara. Namun pada perkembangannya arus globalisasi memberikan tantangan yang kuat terhadap kultur Islam yang telah membaur dalam kultur bangsa Indonesia, sehingga kecenderungan lunturnya nilai-nilai Islam yang menjadi kultur bangsa ini semakin kuat.
Pola Dasar Perkaderan :
Kader yaitu sekelompok orang yang terorganisir secara terus-menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar.
Perkaderan yaitu usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis selaras dengan pedoman perkaderan HMI, sehingga memungkinkan seorang anggota HMI mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi seorang kader Muslim-Intelektual-Profesional, yang memiliki kualitas insan cita.
Arah perkaderan adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun yang menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses pengembangan dan pelaksanaan bentuk-bentuk pembinaan anggota atau perkaderan HMI.
Wujud Profil Kader HmI :
Perkaderan di HMI diarahkan dalam rangka membentuk kader HMI: Muslim-Intelektual-Profesional yang dalam aktualisasi perannya berusaha mentransformasikan nilai-nilai ke-Islaman yang memiliki kekuatan pembebasan (liberation force) dan memiliki keberpihakan terhadap kaum tertindas (mustadh'afin). Aspek yang ditekankan dalam usaha pelaksanaan perkaderan ditujukan pada :
-Pembentukan integritas watak dan kepribadian
-Pengembangan kualitas intelektual
-Pengembangan kemampuan profesional
HmI telah  memberikan banyak kontribusi dalam pembentukan karakter saya sebagai seorang mahasiswa muslim sehingga fungsi fungsi mahasiswa selain menuntut ilmu dibangku perkuliahan yaitu sebagai agen of change dan social control sedikit demi sedikit dapat saya rasakan dan ini menjadi tanggung jawab dan beban moral sebagai generasi muda bangsa,karena masa depan bangsa tergantung pada kaum mudanya.
Kini dengan proses demi proses yang telah saya lalui bersama kawan-kawan seperjuangan di HmI dengan bekal-bekal nilai perjuangan keislaman dan demi kemasalahatan umat saya tidak lagi merasa seperti plankton dikampus,sekarang saya merasa seperti batu karang yang siap diterpa ombak dan badai serta sebagai keseimbangan ekosistem. Karena hidup ini tidak mudah kawan,tapi hidup ini bisa indah apabila kita tahu akan arah hidup kita kedepan. Wassalam wr.wb.

Thursday, January 12, 2012

Menyesal sebelum terlambat...

Entah apa yg kurasa..
Rasa hati tk menentu..

Sejak kejadian itu..
Aku merasa berubah..

Terbayang semua dosa ku..
Aku pun menangis..

Tak kan kusia2kn orang yg menyayangiku..
Kan ku buat engkau bahagia..

Semua yg engkau inginkan..
Sebisa ku akan kulakukan..

Ibu...
Ayah...
Kan ku buat kalian bangga...

Menjadi anak yg soleh..
Hanya itu pintamu..

Tapi yakinlah,,aku akan memberikan lebih dari itu..

Tak kan kubiarkan setetes keringat yg keluar dari tubuhmu,,hanya jatuh sia2...

Semoga Allah merestui segala tekat dan niat tulusku ini....

Amin...


karya : Indra Bayu Del Piero

Wednesday, January 11, 2012

Universitas Riau Nomor 44

Bagi kawan-kawan yang ingin mengetahui ranking perguruan tinggi di Indonesia silahkan lihat dibawah ini..
Untuk kwn2 yg berada di Universitas Riau kita berada di ranking 44,,ck.ck


Selengkapnya Rangking Perguruan Tinggi Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Institut Teknologi Bandung
2. Universitas Indonesia
3. Universitas Gadjah Mada
4. Universitas Gunadarma
5. Universitas Pendidikan Indonesia
6. Universitas Diponegoro
7. Universitas Sebelas Maret
8. Institut Teknologi Sepuluh Nopember
9. Universitas Airlangga
10. Institut Pertanian Bogor
11. Universitas Sumatera Utara
12. Universitas Padjadjaran
13. Universitas Islam Indonesia
14. Universitas Brawijaya
15. Universitas Mercu Buana
16. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
17. Universitas Kristen Petra
18. Universitas Sriwijaya
19. Universitas Surabaya
20. Universitas Muhammadiyah Malang
21. Universitas Negeri Yogyakarta
22. Universitas Bina Nusantara
23. Universitas Muhammadiyah Surakarta
24. Universitas Negeri Malang
25. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
26. Universitas Negeri Semarang
27. Universitas Andalas
28. Universitas Hasanuddin
29. Universitas Komputer Indonesia
30. Universitas Lampung
31. Universitas Udayana
32. Universitas Ahmad Dahlan
33. Universitas Esa Unggul
34. Universitas Bengkulu
35. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
36. Universitas Jember
37. Universitas Tarumanagara
38. Universitas Trisakti
39. Universitas Jenderal Soedirman
40. Universitas Negeri Surabaya
41. Universitas Sam Ratulangi
42. Universitas Negeri Padang
43. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
44. Universitas Riau
45. Universitas Syiah Kuala
46. Universitas Negeri Medan
47. Universitas Paramadina
48. Universitas Pendidikan Ganesha
49. Universitas Trunojoyo
50. Universitas Mulawarman
51. Universitas Negeri Papua
52. Universitas Nusa Cendana
53. Universitas Kristen Duta Wacana
54. Universitas Dian Nuswantoro
55. Universitas Al Azhar Indonesia
56. Universitas Atma Jaya Yogyakarta
57. Universitas Darma Persada
58. Universitas Katolik Parahyangan
59. Universitas Kristen Satya Wacana
60. Universitas Pelita Harapan
61. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
62. Universitas Negeri Makassar
63. Universitas Sanata Dharma
64. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
65. Universitas Negeri Jakarta
66. Universitas Kristen Maranatha
67. Universitas Swiss German
68. Universitas Pancasila
69. Institut Seni Indonesia Denpasar
70. Universitas Narotama
71. Universitas Islam Sultan Agung
72. Universitas Bina Darma
73. Universitas Bangka Belitung
74. Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
75. Universitas Tanjungpura
76. Universitas Dr. Soetomo
77. Universitas Mataram
78. Institut Seni Indonesia Yogyakarta
79. Universitas Islam Bandung
80. Universitas Katolik Soegijapranata
81. Universitas Lambung Mangkurat
82. Universitas Kristen Krida Wacana
83. Universitas Negeri Gorontalo
84. Universitas Jambi
85. Universitas Haluoleo
86. Universitas Ciputra Surabaya
87. Universitas Pasundan
88. Universitas Ibn Khaldun
89. Universitas YARSI
90. Universitas Persada Indonesia YAI
91. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
92. Universitas Merdeka Malang
93. Universitas Tadulako
94. Universitas Kristen Indonesia
95. Universitas Ma Chung
96. Universitas Muhammadiyah Jakarta
97. Universitas Palangka Raya
98. Universitas Jayabaya
99. Institut Teknologi Nasional
100. Universitas Pakuan
101. Universitas Presiden
102. Universitas Malikussaleh
103. Universitas Jenderal Achmad Yani
104. Universitas Islam Riau
105. Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
106. Universitas Widyatama
107. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
108. Universitas Widya Gama
109. Universitas Widya Kartika
110. Universitas Nasional
111. Universitas Islam Nusantara
112. Universitas Budi Luhur
113. Universitas Darussalam Ambon
114. Universitas Teknologi Yogyakarta
115. Universitas Stikubank
116. Universitas Bung Hatta
117. Universitas Semarang
118. Universitas Siliwangi
119. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
120. Universitas Bunda Mulia
121. Institut Seni Indonesia Surakarta
122. Universitas Hang Tuah
123. Universitas Bhayangkara Surabaya
124. Universitas Respati Indonesia
125. Universitas Slamet Riyadi
126. Universitas Muhammadiyah Semarang
127. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
128. Universitas Atma Jaya Makassar
129. Universitas Islam Jakarta
130. Universitas Nusa Bangsa
131. Universitas Kanjuruhan
132. Universitas Musamus Merauke
133. Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘ulum
134. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
135. Universitas Multimedia Nusantara
136. Universitas Putera Batam
137. Universitas Indraprasta PGRI
138. Universitas Negeri Manado
139. Universitas Sahid
140. Universitas Krisnadwipayana
141. Universitas Muhammadiyah Makassar
142. Universitas Borneo
143. Universitas Islam Sumatera Utara
144. Universitas Klabat
145. Universitas Internasional Batam
146. Universitas Muhammadiyah Ponorogo
147. Universitas Muria Kudus
148. Universitas Mahasaraswati Denpasar
149. Universitas Pattimura
150. Universitas PGRI Yogyakarta
151. Universitas Muhammadiyah Magelang
152. Universitas Islam Malang
153. Universitas Muhammadiyah Purwokerto
154. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
155. Universitas Prof Dr Moestopo
156. Universitas Mercu Buana Yogyakarta
157. Universitas Respati Yogyakarta
158. Universitas PGRI Adi Buana
159. Universitas Surakarta
160. Universitas Islam 45
161. Universitas Muhammadiyah Gresik
162. Universitas Islam Syekh-Yusuf
163. Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
164. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
165. Universitas Gajayana
166. Universitas Tama Jagakarsa
167. Universitas Satya Negara Indonesia
168. Universitas Advent Indonesia
169. Universitas Panca Bhakti
170. Universitas Putra Indonesia Yptk Padang
171. Universitas Muhammadiyah Surabaya
172. Universitas Methodist Indonesia
173. Universitas Langlangbuana
174. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
175. Universitas Balikpapan
176. Universitas Wisnuwardhana
177. Universitas Islam As-syafiiyah
178. Universitas Janabadra
179. Universitas Muhammadiyah Purworejo
180. Universitas Djuanda
181. Universitas Satyagama
182. Universitas Setia Budi Surakarta
183. Universitas Muslim Indonesia
184. Universitas Mpu Tantular
185. Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
186. Universitas Islam Lamongan
187. Universitas Timbul Nusantara
188. Universitas Pelita Harapan Surabaya
189. Universitas Katolik Widya Karya
190. Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto
191. Universitas Bandar Lampung
192. Universitas HKBP Nommensen
193. Universitas Nurtanio
194. Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
195. Universitas Muhammadiyah Cirebon
196. Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
197. Universitas 17 Agustus 1945
198. Universitas Katolik Widya Mandala Madiun
199. Universitas Tribhuwana Tungga Dewi
200. Universitas Darma Agung
201. Universitas Nusantara Manado
202. Universitas Nasional Pasim
203. Universitas Khairun
204. Universitas Batanghari
205. Universitas Islam Darul Ulum
206. Universitas Kristen Indonesia Toraja
207. Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi
208. Universitas Al Muslim
209. Universitas Katolik Widya Mandira
210. Universitas 45 Surabaya
211. Universitas Sains Dan Teknologi Jayapura
212. Universitas Muhammadiyah Riau
213. Universitas Proklamasi ’45
214. Universitas Kristen Surakarta
215. Universitas Muhammadiyah Jember
216. Universitas Muslim Nusantara Al-wasliyah
217. Universitas AKI
218. Universitas Pekalongan
219. Universitas Pamulang
220. Universitas Islam Madura
221. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia
222. Universitas Cenderawasih
223. Universitas Pendidikan Nasional
224. Universitas Islam Kalimantan M A B Banjarmasin
225. Universitas Muhammadiyah Aceh
226. Universitas Wijaya Putra
227. Universitas Kuningan
228. Universitas Maritim Raja Ali Haji
229. Universitas Widya Mataram
230. Universitas Sains Alqur’an
231. Universitas Nusantara PGRI Kediri
232. Universitas Medan Area
233. Universitas Merdeka Madiun
234. Universitas Informatika Dan Bisnis Indonesia
235. Universitas Muhammadiyah Palembang
236. Universitas Warmadewa
237. Universitas Baiturrahmah
238. Universitas Baturaja
239. Universitas Batam
240. Universitas Darwan Ali
241. Universitas Sahid Surakarta
242. Universitas Prima Indonesia
243. Universitas Tidar Magelang
244. Universitas Serang Raya
245. Universitas PGRI Ronggolawe
246. Universitas Islam Attahiriyah
247. Universitas Islam Kadiri
248. Universitas Indo Global Mandiri
249. Universitas Wahid Hasyim
250. Universitas Hindu Indonesia
251. Universitas Galuh Ciamis
252. Universitas Widya Dharma
253. Universitas Yudharta Pasuruan
254. Universitas Sangga Buana
255. Universitas Darul ‘ulum
256. Universitas Purwakarta
257. Universitas Muhammadiyah Metro
258. Universitas Veteran Bangun Nusantara
259. Universitas Muhammadiyah Bengkulu
260. Universitas Tamansiswa
261. Universitas Dayanu Ikhsanuddin
262. Universitas Kutai Kartanegara
263. Universitas Muhammadiyah Pontianak
264. Universitas Bung Karno
265. Universitas PGRI Palembang
266. Universitas Serambi Mekkah
267. Universitas Tunas Pembangunan
268. Universitas Ibnu Chaldun
269. Universitas IBA
270. Universitas Pembangunan Panca Budi
271. Universitas Azzahra
272. Universitas Suryakancana
273. Universitas Setia Budi Mandiri
274. Universitas Ekasakti
275. Universitas Simalungun
276. Universitas Muhammadiyah Mataram
277. Universitas 45 Makassar
278. Universitas Islam Majapahit
279. Universitas Islam Jember
280. Universitas Jabal Ghafur
281. Universitas Riau Kepulauan
282. Universitas Nahdlatul Ulama
283. Universitas Sunan Giri
284. Universitas Majalengka
285. Universitas Subang
286. Universitas Islam Indragiri
287. Universitas Alwashliyah
288. Universitas Dharmawangsa
289. Universitas Garut
290. Universitas Suryadarma
291. Universitas Muhammadiyah Luwuk
292. Universitas Dwijendra
293. Universitas Ngurah Rai
294. Universitas Katolik De La Salle
295. Universitas Cokroaminoto Palopo
296. Universitas Mayjen Sungkono
297. Universitas Dian Nusantara
298. Universitas Flores
299. Universitas Tjut Nyak Dien
300. Universitas Bale Bandung
301. Universitas Katolik Darma Cendika
302. Universitas Dehasen Bengkulu
303. Universitas Samudra Langsa
304. Universitas Amir Hamzah
305. Universitas Yos Soedarso
306. Universitas Kader Bangsa
307. Universitas Muhammadiyah Maluku Utara
308. Universitas Abdurachman Saleh
309. Universitas Tri Tunggal
310. Universitas Halmahera
311. Universitas Madura
312. Universitas Panji Sakti Singaraja
313. Universitas Kristen Tentena
314. Universitas Yapis Papua
315. Universitas Muhammadiyah Kendari
316. Universitas Pancasakti
317. Universitas Muhammadiyah Kupang
318. Universitas Muhammadiyah Lampung

Tuesday, January 10, 2012

APLIKASI MICROALGA PADA DUNIA INDUSTRI

       
      Sebagaimana diketahui bersama, peningkatan konsentrasi gas karbondioksida (CO2 ) dewasa ini menyebabkan meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Kondisi demikian, yang disebut dengan pemanasan global, memerlukan suatu solusi efektif dalam kaitannya mengurangi konsentrasi karbodioksida.
         Berangkat dari latar belakang tersebut, Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) TPSA BPPT sejak tahun 2008 telah merintis penelitian tentang teknologi ini dengan merakit suatu fotobioreaktor (FBR) sebagai wadah proses fotosintesis mikroalga yang menjadi mesin utama dalam penyerapan gas CO2. Dimulai dari skala labolatorium dengan sistem batch kemudian ditingkatkan menjadi sistem kontinyu, dan tahun 2010 ini sudah dapat diterapkan dalam skala pilot di industri yakni di PT Indolakto.
         Dalam skala pilot yang dilakukan, dapat diketahui FBR mampu berfungsi dengan baik dengan hasil yang menggembirakan. Pada penelitian awal dengan sistem batch, secara meyakinkan diketahui bahwa CO2 dengan konsentrasi sekitar 12% yang diinjeksi dalam sistem dapat direduksi hingga mendekati 0% dalam kisaran waktu 7 hari oleh Chlorella sp dan 13 hari oleh Chaetoceros sp. Kemudian pada uji coba secara kontinyu, mempertegas hasil sebelumnya tentang kemampuan fitoplankton dalam menyerap gas CO2. Dari tiga kali eksperimen yang dilakukan dihasilkan data kapabilitas penyerapan oleh sistem FBR terhadap gas sebesar 0,8 1,01 gr CO2/liter media/hari. Hasil uji coba FBR di industri yang baru berjalan 1 minggu memperlihatkan kapabilitas FBR sebesar 1,7 gr CO2/liter media/hari.
           Perekayasa PTL, Arif Dwi Santoso yang turut dalam kunjungan menuturkan bahwa masih banyak variabel pada penelitian yang harus lebih didalami. Konsentrasi dan laju alir gas input, serta kualitas nutrient harus lebih diperhatikan agar dapat meningkatkan kapabilitas dari FBR, jelasnya.
         Pendapat senada juga diungkapkan oleh Agung Riyadi, perekayasa PTL lainnya.Selain memfokuskan pada variabel tersebut guna mendukung kinerja FBR, bersama tim kami akan mencoba memperbanyak spesies microalga. Hal tersebut dimaksudkan agar terdapat alternatif microalga yang juga dapat berfungsi sebagai penyerap emisi